Pariwisata Malang, Malang Tourism
Malang kota Pendidikan dan kota Pariwisata, apalagi wisata kulinernya.
Saya selalu berpikir bahwa lembaga pendidikan adalah media yang luar biasa untuk menanamkan hal-hal sederhana, namun penting, kepada anak didik. Mungkin tidak selalu berhasil efektif, tapi setidaknya mampu menyentil nurani dan kreasi generasi muda.
setelah itu, mungkin akan mengendap, sampai tiba waktunya, idealisme mereka berpijar, dan nurani tergelitik untuk peduli pada hal-hal kecil, sederhana, namun signifikan bagi kehidupan dan lingkungan di sekitarnya.
Itu hukum alamnya. Yah, setidaknya itu yang saya harapkan.
Dengan harapan tersebut, saya berusaha mengambil peran semampu mungkin.
Peran yang sangat kecil dan sederhana.
Peran yang cuma dari seorang guru yang terkadang cuma bertatap muka sekali seminggu dengan muridnya.
Peran yang terkadang merasa "lonely" dengan idealisme edukasi-nya, namun tetap dengan berusaha berpikir positif, bisa jadi memang inilah tugasnya......menyentuh hal yang kecil, sederhana, bahkan mungkin terlupakan.
Dalam sebuah project menggali potensi wisata kota Malang ternyata siswa/siswi SMPK Kolese Santo Yusup 1 Malang, yang sangat "berpengalaman" berwisata ke Bali dan luar negeri, masih memiliki kepedulian akan kotanya. Ketika dalam tugas tersebut, saya minta mereka berimajinasi bagaimana mengembangkan wisata-wisata lokal tersebut, ide-ide yang keren, futuristik, namun sekaligus, down-to-earth dan peduli lingkungan mampu mereka olah dengan luar biasa--termasuk pemberdayaan masyarakat sekitar dan potensi peserta didiknya. Di sana kami menemukan, peluang pelajar untuk terjun dalam dunia enterpreneurship--baik untuk bekerja part-time maupun untuk mengembangkan bakat dan skill secara profesional sedini mungkin. I thought, we all did it very very well.
Ketika tiba saatnya presentasi, seperti yang telah kami sepakati, media yang digunakan harus mengingat prinsip 3R (reduce, reuse, recycle), dan voila....!!! aneka maket kreatif dari unsur 3R tersaji indah.
Saya makin kagum pada kanak-kanak, pada orang muda--sungguh luar biasa Tuhan bekerja pada mereka.
Gaya hidup modern, perilaku mencemaskan sebagai efek globalisasi di segala aspek-- bisa jadi sebuah poin yang perlu kita antisipasi sebijak mungkin. Namun, tetap pula kita perlu berkeyakinan positif--selama kita sebagai pendidik (dan staf kependidikan) mengambil peran untuk memanfaatkan segala celah yang ada, sekecil apapun, sesederhana apapun (sesuai dengan minat, bakat, kemampuan, dan segala yang sudah dititipkan Tuhan pada kita)....dan membiarkan Tuhan yang bekerja melalui kita, TAK AKAN ADA YANG SIA-SIA. Semua hanya soal waktu....Sekecil apapun makna peran kita bagi sesama (atau bahkan tak bermakna samasekali), bila itu yang Tuhan kehendaki untuk kita perbuat karena fitrah kita dalam mendidik, pastilah kelak akan membawa manfaat bagi kehidupan dan sesama....Amin.
Comments
Post a Comment