Peer Assistance (part 1)

Peer Assistance bukanlah konsep baru dalam dunia pendidikan/pengajaran.
Namun, dalam realisasinya, konsep ini masih minim digunakan.
Tentu banyak alasannya. Mulai dari keterbatasan waktu, sampai dengan ketidaksiapan indu dalam kelas pembelajaran untuk menerapkannya (baik dari sisi guru maupun siswanya)

Namun, saya memiliki keyakinan, semua bisa di"manipulasi" dalam artian positif.
Segalanya itu, cuma soal pendekatan dan cara sosialisasinya.

PAT, demikian saya menyebut secara spesifik metode pembelajaran kelas yang memanfaatkan sesama siswa sebagai teman belajar. Dan demi efektivitas pencapaian tujuan (baik dari sisi materi pembelajaran dan pembentukan karakter positif), saya menatapkan panduan-panduan berikut ini, yang "mengikat" baik saya selaku guru, maupun siswa.

Untuk guru:
1. Memastikan bahwa materi yang dipelajari memang sesuai untuk dilakukan dalam bentuk PAT
(menurut pengalaman saya sebagai guru Bahasa Inggris, kebetulan konsep ini bisa dipakai cukup sering. Tentu karena fungsi bahasa sebagai alat komunikasi serta perlunya konteks-konteks otentik dalam memahami dan menggunakan materi/skill yang sedang dipelajari murid. PAT jelas sangat memberi peluang optimalisasi)

2. Selain melihat dari sisi materi, perlu ditinjau juga kepentingannya, apakah untuk pengenalan materi, pendalaman, perbaikan, atau bahkan pengayaan. Tentu saja, guru yang profesional mampu mengelola hal ini, karena sebagai "pemilik" kelas, guru dituntut tahu kemampuan siswanya, kebutuhan siswanya, serta tujuan KBM.

3. Siap menjadi nara sumber, bahkan memberikan reference sumber-sumber lain bila siswa membutuhkannya.  Siap melayani tim demi tiim, dan masing-masing memiliki "masalah" mereka sendiri. Jadi....PAT bukanlah metode "membuat siswa sibuk" sementara guru cuma menjadi "penonton" atau malah "kabur dari kelasnya.

4. Menjadi observer yang baik. Turun tangan bila kelas tak terkendali (terlalu ribut/tidak fokus, dll). Dari catatan hasil observasi ini, seringkali perlu tindak lanjut, karena akan muncul kasus seperti: siswa pandai "menguasai"/terlalu dominan perannya, atau siswa yang kurang malah terlalu pasif, siswa yang tak juga memiliki tangggung jawab dalam tim, dll. Yah, fungsi pembentukan karakter positif  sangat ditentukan dari observasi ini. Bila guru memilih sibuk sendiri bahkan terkantuk-kantuk di kelas.....mohon maaf, PAT sangat tidak cocok bagi guru macam ini....:-)

(bersambung....part 2)




Comments

Popular Posts